TUGAS KE 6
Teori dan Arti Penting Kepemimpinan
Teori
Kepemimpinan
Kreiner
menyatakan bahwa leadership adalah proses mempengaruhi orang lain yang mana
seorang pemimpin mengajak anak buahnya secara sekarela berpartisipasi guna
mencapai tujuan organisasi.Sedangkan Hersey menambahkan bahwa leadership adalah
usaha untuk mempengaruhi individual lain atau kelompok. Seorang pemimpin harus
memadukan unsur kekuatan diri, wewenang yang dimiliki, ciri kepribadian dan
kemampuan sosial untuk bisa mempengaruhi perilaku orang lain.
Genetic
Theory
Pemimpin
adalah dilahirkan dengan membawa sifat-sifat kepemimpinan dan tidak perlu
belajar lagi. Sifat utama seorang pemimpin diperoleh secara genetik dari orang
tuanya.
Traits
Theory
Teori
ini menyatakan bahwa efektivitas kepemimpinan tergantung pada karakter
pemimpinnya. Sifat-sifat yang dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan
fisik, dan kemampuan sosial. Karakter yang harus dimiliki seseorang manurut
judith R. Gordon mencakup kemampuan istimewa dalam:
- - Kemampuan Intelektual
- - Kematangan Pribadi
- - Pendidikan
- - Statuts Sosial Ekonomi
- - Human Relation
- - Motivasi Intrinsik
- - Dorongan untuk maju
Ronggowarsito
menyebutkan seorang pemimpin harus memiliki astabrata, yakni delapan sifat
unggul yang dikaitkan dengan sifat alam seperti tanah, api, angin, angkasa,
bulan, matahari, bintang.
Behavioral
Theory
Karena
ketyerbatasan peramalan efektivitas kepemimpinan melalui trait, para peneliti
mulai mengembangkan pemikiran untuk meneliti perilaku pemimpin sebagai cara
untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan. Konsepnya beralih dari siapa yang
memiliki memimpin ke bagaimana perilaku seorang untuk memimpin secara efektif.
a.
Authoritarian, Democratic & Laissez Faire
Penelitian
ini dilakukan oleh Lewin, White & Lippit pada tahun 1930 an. Mereka
mengemukakan 3 tipe perilaku pemimpin, yaitu authoritarian yang menerapkan
kepemimpinan otoriter, democratic yang mengikut sertakan bawahannya dan Laissez
- Faire yang menyerahkan kekuasaannya pada bawahannya.
b.
Continuum of Leadership behavior.
Robert
Tannenbaum dan Warren H Schmidt memperkenalkan continnum of leadership yang
menjelaskan pembagian kekuasaan pemimpin dan bawahannya. Continuum membagi 7
daerah mulai dari otoriter sd laissez - faire dengan titik dengan demokratis.
c.
Teori Employee Oriented and Task Oriented Leadership - Leadership style matrix.
Konsep
ini membahas dua orientasi kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang
berorientasi pada pekerjaan dimana perilaku pemimpinnya dalam penyelesaiannya
tugasnya memberikan tugas, mengatur pelaksanaan, mengawasi dan mengevaluasi
kinerja bawahan sebagai hasil pelaksanaan tugas.
- Kepemimpinan yang
berorientasi pada pegawai akan ditandai dengan perilaku pemimpinnya yang
memandang penting hubungan baik dan manusiawi dengan bawahannya.
Definisi
kepemimpinan
Berikut
ini beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai definisi
kepemimpinan :
1.
George R. Terry (yang dikutip dari Sutarto, 1998 : 17)
Kepemimpinan
adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang
lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
2.
Ordway Tead (1929)
Kepemimpinan
sebagai perpaduan perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong pihak
lain menyelesaikan tugasnya.
3.
Rauch & Behling (1984)
Kepemimpinan
adalah proses mempengaruhi aktifitas-aktifitas sebuah kelompok yang
diorganisasi ke arah pencapaian tujuan.
4.
Katz & Kahn (1978)
Kepemimpinan
adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada, dan berada diatas
kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi.
5.
Hemhill & Coon (1995)
Kepemimpinan
adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktifitas-aktifitas suatu
kelompok kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal).
Tipologi Kepemimpinan
Ada
beberapa tipologi kepemimpinan yang sering kali kita temukan dalam gaya seorang
pemimpin :
1.
Gaya Otoriter/Totaliter yaitu gaya kepemimpinan yang selalu memaksakan
kehendaknya pada setiap orang meskipun dengan jalan kekerasan, namun
kebijakannya berlaku secara distributif dan tanpa kompromi. Gaya ini secara
epistemologis cenderung beraliran Macchiavellian, Hobbesian.
2.
Gaya Demokratis yaitu gaya kepemimpinan yang cenderung selalu menggunakan
musyawarah, namun gaya ini sangat lemah mengambil sikap dalam setiap
tindakannya dan terkesan pragmatik. Gaya ini secara epistemologis cenderung
beraliran liberal-moderat.
3.
Gaya para Nabi yaitu gaya kepemimpinan yang kharismatik dengan menggunakan
jalan kemanusiaan, dalam arti lebih mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan,
dibanding dengan kepentingan pragmatis. Gaya ini cenderung mengikuti aliran
humanistik-teologis.
Dari
beberapa tipologi kepemimpinan di atas, maka kita dapat memahami bangunan
epistemologis dan konstruk ideologisnya melalui gaya kepemimpinan dari seorang
pemimpin. Dari hal tersebut di atas, maka kita dapat memahami pula bahwa tidak
saya maupun anda, setiap pemimpin dapat kita ketahui bangunan ideologis maupun
epistemologis melalui gaya kepemimpinan yang implementasikan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan
1.
Pemimpin
Dalam
kaitannya dengan Kepemimpinan, Pemimpin memang merupakan faktor esensial dari
Proses Kepemimpinan itu sendiri. Serta Pemimpin itu memang harus mengerti apa
yang harus dia tahu dan apa yang harus dia perbuat, atau istilah lainnya The
Right Man on The Right Place.
2.
Pengikut (Followers)
Adalah
salah satu faktor kepemimpinan yang membuat Faktor pertama itu ada. Karena
tanpa adanya Pengikut, otomatis Pemimpin pun tak ada. Oleh karena itu Faktor
Kepemimpinan dalam Pengikut ini lebih cenderung pengertian akan apa saja yang
Followers inginkan sehingga sebuah satuan fungsi manajemen bisa berjalan sesuai
dengan apa yang kita inginkan. Serta ada pula yang mengatakan kalau berbeda
Pemimpin maka berbeda pula gaya kepemimpinannya. Oleh karena itu Pengikut
disini memang harus menyesuaikannya dengan cepat.
3.
Komunikasi
Salah
satu hal yang menjembatani antara Pemimpin dan Pengikut adalah proses
Komunikasi itu sendiri. Dengan adanya komunikasi. Hubungan kerja antara dua
belah pihak baik atasan maupun bawahan dapat sinergis dan berjalan sesuai
dengan apa yang telah dirancangkan sebelumnya.
4.
Situasi
Dalam
sebuah situasi tertentu, terkadang kita diharusnkan untuk bertindak secara
cepat dan refleks untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu kondusifitas situasi
antara Atasan dan Bawahan memang harus saling dikuatkan agara selalu terjadi
kondisi situasi yang nyaman dan kondusif.
Implus Manajerial Kepemimpinan dan
Organisasi
Maksud
dari impuls manajerial kepemimpinan dalam organisasi itu seperti kegunaan
manajemen kepemimpinan dimana seorang pemimpin akan memberikan sesuatu yang
sangat berpengaruh bagi yang dipimpinnya dalam suatu organisasi.
Sumber: